Selasa, 28 Desember 2010

Kisah Rihlah

Alhamdulillah...

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan
Ho... o... ho... ... ho... o... ho...

Sayang memang, karena tidak utuh pertemuannya. Tapi alhamdulillah, semua dapat terlaksana dengan cukup baik. Agenda urusan belakangan, yang penting kita berkumpul dulu. Agenda besarnya berjudul "Rihlah", tapi aku bilang "Numpang tidur dan riyadhoh aja". Hehehe... Maaf kawan-kawan...

Kisah sepanjang sore itu mengesankan. Kata salah satu teman, "Semoga perjumpaan ini menguatkan ta'liful qulub kita". Amiin... Ya... Tragedi biarlah hanya tragedi saja. Yang jelas, pertemuan ini semoga mendekatkan kita lagi.

Jangan berjalan di belakangku
karena aku belum layak menjadi pemimpin bagimu
Jangan berjalan di depanku
karena mungkin aku tak akan dapat mengikuti langkahmu
Tapi...
Berjalanlah di sampingku
Dan genggamlah tanganku
Berjalan bersama untuk saling membantu
(Gubahan...)

Kawan, aku dapati makna di balik kata-kata di atas. Aku tertinggal jauh, tapi ternyata kalian tetap menungguku di depan sana. Aku yakin, tak akan pernah kalian meninggalkan aku. Walau berat, walau susah dan payah, walau apa pun yang terjadi, kalian tetap saudaraku. Maaf jika masih saja kita berkilah tentang itu...

Satu lagi, ternyata bahasaku, bahasa kalian, bahasa kita, juga tiada berbeda. Nyaman sudah dirasa andai semua berjalan seperti kemarin. Aku harap, kita dapat selalu saling menjaga. Menjaga lidah kita, menjaga hati kita, dan menjaga saudara-saudara kita. Ana uhibbuka fillah akhina... Semoga Allah mengikatkan hati kita dengan tali kasihNya, menguatkan ikatannya, dan menjagakannya hingga kita bertemu di surgaNya. Amiin...


Nanti dilanjutin lagi...
Hehehe...

Ana uhibbuka fillah akhina...