Kamis, 04 November 2010

Renungan

Dikutip dari sebuah lagu...

 Selalu kusesali dosa...
Dan selalu kuulang kembali...
Dan Kau masih memberikebahagiaan...
Ku bukan hamba pilihan...

Allah berfirman...
Wahai manusia...
Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi ia hidup bersuka ria. Aku heran pada orang yang yakin akan pertanggungjawaban segala amal perbuatan di akhirat, tapi ia asyik mengumpulkan dan menumpuk harta benda. Aku heran pada orang yang yakin akan kubur, tapi ia tertawa terbahak-bahak. Aku heran pada orang yang yakin akan adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai. Aku heran pada orang yang yakin akan kehancuran dunia, tapi ia menggandrunginya. Aku heran pada intelektual yang bodoh dalam soal moral. Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, sementara hatinya masih tetap kotor. Aku heran pada orang yang sibuk mencari cacat dan aib orang lain, sementara ia tidak sadar sama sekali terhadap cacat yang ada pada dirinya sendiri. Aku heran pada orang yang yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi segala perilakunya, tapi ia berbuat durjana. Aku heran pada orang yang sadar akan kematiannya, kemudian akan tinggal di alam kubur seorang, diri lalu dimintai pertanggungjawaban seluruh amal amal perbuatannya, tapi ia berharap belas kasih dari orang lain. Sungguh tiada Tuhan kecuali Aku dan Muhammad adalah hamba dan utusanKu.

Allah berfirman...
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku, tiada sekutu bagiKu, dan Muhammad adalah hamba dan utusanKu. Barang siapa tidak mau menerima suratan nasib yang telah Aku putuskan, tidak bersabar atas segala cobaan yang Aku berikan, tidak mau berterima kasih atas segala nikmat yang Aku curahkan, dan tidak mau menerima apa adanya atas segala yang Aku berikan, maka sembahlah Tuhan selain Aku. Barang siapa yang susah karena urusan dunia, sama saja ia marah kepadaKu. Barang siapa mengadukan musibah yang menimpa dirinya pada orang, ia sungguh-sungguh berkeluh kesah kepadaKu. Barang siapa tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya, sungguh ia dalam keadaan selalu berkurang. Barang siapa yang terus-menerus dalam keadaan berkurang, kematian adalah jauh lebih baik baginya.

Selalu kusesali dosa...
Dan selalu kuulang kembali...
Dan Kau masih memberikebahagiaan...
Ku bukan hamba pilihan...

Allah berfirman...
Wahai manusia...
Terimalah anugerah yang Kuberikan dengan lapang dada, maka engkau tidak akan berharap pada pemberian orang lain. Tinggalkanlah rasa dengki, maka engkau akan terhindar dari kegelisahan hidup. Hindari perbuatan haram, maka engkau aman dari kerancuan dalam beragama. Barang siapa mampu menjaga diri dari membicarakan kejelekan orang lain, maka kecintaanKu akan Kuanugerahkan kepadanya. Barang siapa mengisolasikan diri dari kerumunan orang, maka ia terhindar dari pengaruh jeleknya. Barang siapa mampu membatasi diri dari berbicara yang tidak ada gunanya, itu menandakan kematangan akalnya. Barang siapa menerima dengan lapang dada atas pemberian Allah yang sedikit, maka ia penuh percaya pada Allah.

Allah berfirman...
Wahai manusia...
Barang siapa berduka karena persoalan dunia, maka ia hanya akan kian jauh dari Allah, kian nestapa di dunia, dan semakin menderita di akhirat. Allah akan menjadikan hati orang tersebut dirundung duka selamanya, kebingungan yang tak berakhir, kepapahan yang berlarut-larut, dan angan-angan yang selalu mengusik ketenangan hidupnya.

Wahai manusia...
Hari demi hari usiamu kian berkurang, sementara engkau tidak pernah menyadarinya. Setiap hari Aku mendatangkan rizki kepadamu, sementara engkau tak pernah memujiKu. Dengan pemberian yang sedikit engkau tidak pernah mau lapang dada, dengan pemberian yang banyak engkau tidak juga pernah merasa kenyang.

Wahai manusia...
Setiap hari Aku mendatangkan rizki untukmu, sementara setiap malam malaikat datang kepadaKu dengan membawa catatan perbuatan jelekmu. Engkau makan dengan lahap rizkiKu, namun kau taksegan-segan pula berbuat durjana kepadaKu. Aku kabulkan jika engkau memohon kepadaKu, kebaikanKu tak putus-putus mengalir untukmu, namun sebaliknya catatan kejelekkanmu sampai kepadaKu tiada henti. Akulah pelindung terbaik untukmu, sementara engkau hamba terjelek bagiKu. Kau raup segala apa yang Kuberikan untukmu, Kututupi kejelekkan demi kejelekkan yang kau perbuat secara terang-terangan. Aku sungguh-sungguh malu kepadamu, sementara engkau sedikit pun tak pernah merasa malu kepadaKu. Engkau melupakan diriku dan mengingat yang lain. Kepada manusia engkau merasa takut, sedangkan kepadaKu engkau merasa aman-aman saja. Pada manusia engkau takut dimarahi, tetapi pada murkaKu engkau tak peduli.

                                                                                                           n_n

                                                                                               ___***000***___

Sebuah renungan dalam sebuah lagu yang kerap terjadi pada diri ini. Dalam setiap detik waktu yang berlalu selalu ada saja yang terselip mengotori diri yang memang hina ini. Lalu kapan akan sadar wahai diri?... Tidakkah kau takut waktumu tiba sekarang? Kau tau waktumu tinggal sedikit, tapi kau selalu masih berleha-leha dalam kantuk yang kau pejam berlarut-larut. Kau lena dalam buai nikmat yang kau kira akan kau dapat selamanya di bumi Allah ini.

Astaghfirullaahal'adzhiim...
Waktu yang berlalu telah begitu banyaknya. Tak dapat kuhitung lagi. Sedikit saja kadang mengenang waktu yang berlalu, maka tak sedikit bulir-bulir yang dikata mampu memadamkan api neraka itu berjatuhan. Semakin deras kala sadar diri ini akan begitu banyak dosa yang telah dilakukan. Ingin terkadang meminta agar Ia segera memanggil, agar tidak banyak lagi yang merperburuk keadaan diri. Tapi... lagi-lagi tidak ada keyakinan akan diri ini telah bebas dari dosa.

Apalagi hati ini yang cenderung pada manusia. Padahal, tidak sedikit tuntunan telah mengisyaratkan, bahkan diri ini sering mengingatkan orang agar tidak cenderung pada manusia. Diri ini tau, tapi tak melaksanakannya. Cinta itu hanya untukNya wahai diri... Tiada yang lebih pantas untuk dicinta selain Sang Pemilik Cinta. Dan jika hendak mencinta, maka dasarnya adalah cinta karena Dia saja. Tapi apa yang dilakukan hati ini? Ampuni hamba ya Allah. Khilaf... Khilaf... Hanya itu yang bisa terucap, tapi esok lusa kembali dilakukan lagi.

Kisah hidup yang panjang ini ternyata belum mampu membalut hatiku dengan hijab yang sempurna. Jangankan menghijab hati ini, kadang jasad ini pun masih enggan menyempurnakan hijabnya. Maka apakah dengan begini Allah akan memaklumi? Siapa yang menegurmu wahai diri, selain TuhanMu saja. Tidak dengan kesedihan dan kesengsaraan saja Ia mengingatkanmu, tapi juga dengan kesenangan dan keterlenaan. Engkau asyik berkirim pesan dengan orang agar tak ketahuan ikhtilat dilakukan. Media pun memberikan jalan yang terbaik sehingga jalurnya aman. Setiap hari selalu terselip kata yang mengingatkanmu akan dia yang membuat nyaman dan tentram. Dia yang memberikan kesejukan dengan kata-katanya yang lembut dan perhatian yang meluluhkan. Hatimu pun akhirnya luluh mengikuti jerat setan. Tidakkah kau sadari semua itu? Bahkan, tak sadar pergaulanmu telah jauh dari batasan-batasan. Memandang wanita dengan leluasa, berbicara dengan gamblangnya tanpa hijab dan rasa malu. Dimana wajahmu akan kau taruh? Tidakkah malu pada Tuhanmu?

Astaghfirullah...
Astaghfirullah...
Cuma itu yang bisa kau ucap???

Allah, ampuni hamba...
Ampuni hamba...
Tak tau harus berkata apa lagi untuk menutupi malu ini padaMu...
Bimbinglah aku ya Allah untuk tetap berada di jalanMu. Berikanlah selalu petunjukMu.
Allahumma arinal haqqa haqqawarzuqnattiba'ah
Wa arinal bathila bathilawarzuqnajtinabah...
Amiin...